September 29, 2012

when the rain fall ~


Masih dalam diam.


Aku mengingat kamu lagi.
Ketika hujan meneriakkan suaranya yang khas, memamerkan gemericiknya yang menenangkan hati.
Tetes demi tetesnya yang kuharap dapat menghapus kamu dari hati dan pikiran.

Tapi aku salah.

Karena ternyata atmosfirnya malah membawa aku kepada ingatan-ingatan tentang kamu.

Aku melihat bayanganmu dalam hujan.
Berlari ke arahku dengan payung di tangan.
Lihat betapa bodohnya kamu.
Hujan dengan seenaknya mengguyur tubuhmu, padahal kamu bisa menahannya dengan payungmu itu.

Aku ingin sekali berteriak agar kamu memakai payungnya.
Tapi terlalu jauh. Suaraku tidak akan sampai.

Aku hanya tersenyum kecil, menyadari bahwa kamu begitu mementingkan aku hingga melupakan dirimu sendiri.


Kuperhatikan langkah kakimu semakin lebar.
Tapi mengapa sepertinya kamu semakin menjauh dari pandangan.
Lalu lama kelamaan bayanganmu menghilang.

Aku berlari  ke tengah hujan.
Tapi tidak kutemukan kamu di sana.

Aku hanya diam menatap langit.
Menantang hujan yang puas menari-nari di wajah.
Aku menyerah.

Sedetik kemudian aku mendapati diriku duduk di depan jendela.
Bertopang dagu sambil menatap langit yang mulai menampakkan birunya lagi.
Hujan diam-diam telah pergi tanpa aku sadari.

Kamu meninggalkan aku dalam diammu.
Dan aku kehilangan kamu dalam diamku.


Tapi kamu tau?
Bayanganmu tidak pernah benar-benar pergi.
Kamu masih saja ada di dalam sini.


Karena p
elangi yang kamu lukis untukku telah aku simpan indahnya.

Aku bisa terus mengenangmu dengan pelangimu itu.
Dan suatu saat pasti akan kutemui ujungnya.

Lalu langit biru itu,
Aku akan melukis tentangmu di sana.
Dengan ingatan-ingatan yang masih tersimpan rapi.
Dengan sisa-sisa memori ketika itu.
Posted on by niken intan kurnia | No comments