December 20, 2014

its simple way ~

Katanya, dia yang paling kuat,
adalah dia yang mampu bertahan.
Maka di sinilah aku.
Menahan untuk Bertahan.
Katanya, jangan pernah takut pada gelap.
Karena ada hal indah,
yang hanya bisa dilihat di waktu gelap.
Maka sekarang,
aku memilih merayakan kesedihan,
agar nanti ketika bahagia datang,
akan kumaknai dia dengan penuh.                                                                                                                                                                          -nik-
Posted on by niken intan kurnia | No comments

from me, for me ~

Selamat sabtu malam, kamuuu.. :)))

Alih-alih biar lupa sama kamu, selepas magrib tadi saya tetiba kumat pengen beres-beres kamar.
Catetan-catetan pas kuliah, pas PKL danlainlain, saya rapi-rapiin.
Daaaann.. Ketemu buku kecil yang saya hampir lupa saya pernah nulis 'banyak sesuatu' di sana.
Tulisan-tulisan sejak 17 April 2013 (inget tanggal apa itu??? :p)


Ini cuma sebagiannya aja.
Cerita-cerita pendek kita, hari-hari singkat kita, tawa marah kita, semua tentang saya dan kamu -yang walaupun sederhana- .
Bukan karena saya takut lupa lalu saya menuliskannya. Kamu paling tau saya tidak akan pernah tidak ingat satu detil kecil pun.
Saya cuma ingin berbagi kebahagiaan dengan diri saya sendiri ketika saya menulisnya. Saya ingin suatu hari nanti (seperti hari ini), ketika membaca lagi tulisan-tulisan ini maka saya akan bersyukur pernah melewati hari-hari itu, lalu saya akan tersenyum kecil (seperti sekarang ini).

Saya tau kamu mungkin banyak lupa hari-hari kita di tahun lalu, tapi jika kamu mau, saya akan selalu setia menceritakannya kembali.

Dan.. Akan ada banyak yang saya tulis untuk kamu.
Selama kamu masih berjalan dalam lingkar hidup saya..
Posted on by niken intan kurnia | No comments

November 29, 2014

enjoy the silence ~

Ini minggu terakhir di bulan November.
Selamat hari minggu, kamu.
Minggu kali ini kita hanya saling melempar dadu di "get rich" ya. Lucu :D
Dua kali permainan dan dua kali juga saya kalah. Hhh -_-

Kamu masih tidak menyapa saya. Pun saya sengaja tidak menyapa kamu. Bukan karna tidak ingat kamu, tapi saya sedang memposisikan sebagai "yang tidak dibutuhkan" untuk kamu.
Karena pilihannya saat ini cuma dua, obrolan garing berujung kesal, atau chat yang hanya akan dianggap spam.

Garis waktu mungkin sedang tidak berpihak pada saya. Semakin tidak berpihak ketika jarak juga ikut membelenggu. Saya berulang kali berdamai dengan keduanya. Saya berulang kali juga bercermin seraya meyakinkan diri bahwa tidak ada yang perlu saya sedihkan, kecewakan, bahkan sesalkan.

Mungkin diam bukan satu-satunya solusi, tapi akan lebih baik daripada banyak menjelaskan tapi sia-sia karena pada akhirnya hanya akan didengar namun tidak dipahami.

Saya tidak pernah merasa sikap saya benar, pun tidak menyalahkan sikap kamu.
Saya juga tidak ingin mengatakan saya salah karena kamu juga tidak benar.
Entah.
Saya tidak ingin tau lagi di mana letak perbedaan salah dan benar.
Yang saya ingin adalah ada nyaman di antara keduanya.
Nyaman ketika tertawa, nyaman ketika marah.
Sesederhana "Dekat menyenangkan, jauh menenangkan"




Posted on by niken intan kurnia | No comments

October 31, 2014

Cukup, aku tenang ~

Aku bukan mimpi yang dia ingat-ingat ketika bangun pagi.
Tapi sisa-sisa dingin pagi akan membekas di tubuhnya, menyejukkan hatinya karena tau pelukku tak lagi mampu mendekapnya.

Aku bukan senyum yang dia tunggu ketika lelah di jam pulang kerjanya.
Tapi matahari senja selalu membentuk bayangnya, menyinari dengan teduh karena tau hangatku tak lagi telak merengkuhnya.

Aku bukan bagian dari doanya sebelum tidur.
Tapi gelapnya malam akan selalu menjaga lelapnya tanpa terjaga karena tau tanganku tak cukup sampai mengusap dahinya.

Kepada Tuhan,
Penjagaanku tak akan pernah terasa.
Sayapku pun telah patah-patah untuk sekedar melindunginya dari rasa jengah.
Maka biarkan aku dengan sederhana menuliskan namanya di tengadah telapak tangan.
Cukup begitu.
Lalu aku akan tenang.
Posted on by niken intan kurnia | No comments

Sedetik sebelum ~





Menghitung detik
Menerjemahkan jarak
Menabung rindu

Mengecap sepi
Mengurung resah
Mendekap jengah

Menetapi hari hari yang datang
Melangkah menjejaki jalan sepi
Hingga bayangmu kupeluk
Lalu merunduklah segala asa

Aku masih melihat kamu
Walau dalam ingatan berujung semu
Sementara waktu terus berlari
Biar nanti sosok nyatamu datangi aku
Menggenggam tanganku, tepat sedetik sebelum aku duduk menyerah
Posted on by niken intan kurnia | No comments

October 5, 2014

untuk kamu, saya ingin..





Kamu tau kesakitan apa yang paling sakit?
Adalah ketika saya tau bahwa saya tidak mempunyai peran dan pengaruh apa-apa untuk orang yang saya sayang.

Saya hidup dengan prinsip bahwa saya harus bermanfaat untuk orang lain.
Pun untuk kamu, saya ingin untuk bisa kamu andalkan.
Saya ingin menjadi tempat kembali ketika kamu merasa lelah.
Saya ingin jadi orang pertama yang kamu cari ketika kamu butuh pundak untuk bersandar.
Saya ingin mengangkat kamu ketika kamu jatuh.
Saya ingin menopang kamu ketika kamu hampir tumbang.
Saya ingin jadi alasan kamu tertawa ketika kamu merasa jenuh.
Saya ingin jadi pendengar yang baik untuk semua keluh kesah kamu setiap harinya.
Saya ingin jadi penyemangat ketika kamu akan menyerah.
Saya ingin jadi orang yang bisa kamu butuhkan di setiap susah, juga jadi orang yang kamu bagi ketika sedang bahagia.

Tapi yang saya tau saya tidak diberikan kesempatan untuk menjadi sebaik itu di mata kamu.
Yang terjadi adalah bahwa saya sumber dari kelelahan dan kejenuhan kamu.
Maaf karena hal-hal yang saya pikir akan menyenangkan kamu malah justru membuat kamu marah.
Maaf karena saya berusaha tapi saya gagal.

Maaf untuk keinginan-keinginan baik saya yang ternyata tidak kamu perlukan.
Posted on by niken intan kurnia | No comments

January 6, 2014

kucukupkan untuknya ~

Kepada temaramnya matahari senja
Kepada kunang-kunang bermandikan cahaya
Kepada bulan malu-malu
Katakan, aku akan menjemput pagi


Kepada  angkuhnya jarak
Kepada kokohnya tembok pemisah
Kepada batas-batas ruang dan waktu
Sampaikan, aku masih kuat berlari


Kepada tingginya ego
Kepada kerasnya hati
Kepada beratnya lisan
Teriakkan, aku tidak akan patah


kepada angin
hembuskan sisa-sisa rinduku semalam
lengankan doa-doa baikku di pundaknya
selalu.. selama-lamanya hari
sekalipun penjagaanku tak terasa olehnya
biarpun semakna kata tak terarti di pikirnya
atau bayangku tak hinggap sedikit pun
tetap kucukupkan aku
untuknya
Posted on by niken intan kurnia | No comments